Jajaran mobil keren berbagai merek di garasi rumah seolah mewakili aksi dan nilai mereka di lapangan. Semakin besar nilai kontrak, semakin mahal pula mobil yang dibeli.
Siapa saja mereka ? Mari kita mulai dari bintang bola paling tenar David Beckham. Mantan kapten timnas Inggris tersebut mengikat kontrak lima tahun dengan klub Amerika Los Angeles Galaxy dengan nilai USD 275 juta (Rp 3,025 triliun). Suami personel Spice Girls, Victoria, itu suatu saat membelanjakan USD 1 juta (Rp 11 miliar) untuk menambah koleksi mobilnya seperti Aston Martin DB7 (Rp 2,8 miliar), Lamborghini Gallardo (Rp 2,2 miliar), serta Porsche 911 Turbo (Rp 3,1 miliar).
Di garasi mantan bintang klub Real Madrid dan Manchester United (MU) itu juga nongkrong mobil antipeluru BMW X5 (Rp 950 juta) dan Rolls-Royce Phantom Drophead Coupe yang berharga sekitar 300.000 pounds (lebih dari Rp 5 miliar). ''Beckham menilai mobil berdasar ketertarikan pada sejarahnya,'' jelas Simon Oliveira, agen Beckham, kepada Daily Star.
Lain lagi dengan bintang MU Cristiano Ronaldo. Awal musim kompetisi ini, pemain terbaik Eropa 2008 itu dikabarkan membeli sebuah Rolls Royce dengan spesifikasi terlengkap (fully loaded). Harga tunggangan terbaru Ronaldo tersebut mencapai 340 ribu poundsterling (Rp 5,1 miliar) dan menjadi mobil termewah di Manchester. Harga selangit itu terasa enteng bagi Ronaldo yang gajinya mencapai Rp 2,56 miliar per pekan.
Wayne Rooney tak mau kalah dari kolega dan mantan seniornya di Red Devil. Ketika memulai karir di sepak bola profesional, striker MU tersebut menaiki Ford Ka seharga USD 20 ribu (Rp 220 juta). Kini, dia sudah menjadi kolektor mobil wah, termasuk Bentley Continental GT seharga USD 180 ribu (Rp 1,98 miliar).
Bentley Continental memang menjadi favorit bintang-bintang kompetisi paling bergengsi, English Premier League (EPL). Kapten klub Chelsea dan Timnas Inggris John Terry, bek MU Gary Neville, Floyd Hasselbaink, dan gelandang West Ham Kieron Dyer juga bangga menyusuri jalan dengan mobil mewah itu. Mobil James Bond Aston Martin Vanquish seharga USD 330 ribu (Rp 3,6 miliar) menjadi pilihan Thierry Henry, Steven Gerrard, dan Ryan Giggs.
Menurut Futebol Finance, dengan gaji yang diterima dari El Barca Rp 9 miliar per bulan, Henry juga punya mobil sport Jerman Porsche 991 GT3 senilai USD 150 ribu (Rp 1,6 miliar) seperti Louis Saha, Robbie Keane, dan Lee Bowyer. Sedangkan Frank Lampard dan Glenn Johnson cukup puas dengan Aston Martin DB9 seharga USD 200 ribu (Rp 2,2 miliar).
Menariknya, pemain di Liga Inggris jarang memakai mobil Italia. Hanya mantan bintang Arsenal Ian Wright dan Kieron Dyer yang punya Ferrari 360 senilai USD 150 ribu (Rp 1,6 miliar).
Apa mobil termahal yang dikoleksi bintang bola dan siapa pemiliknya? Mobil termahal adalah Mercedes McLaren SLR. Harganya USD 630 ribu (Rp 6,9 miliar). Dua bintang top Prancis yang memacunya: Claude Makelele dan William Gallas.
Tak semua pemain harus merogoh kocek untuk mendapat mobil pujaan. Bermodal nama tenar, banyak pabrikan yang sukarela memberikan mobil berharga miliaran secara cuma-cuma. Misalnya, yang dilakukan Audi saat bekerja sama dengan Real Madrid, Bayern Munchen, dan yang terakhir AC Milan. Benefit yang diraih Audi, tentu saja, publik -khususnya penggemar klub- akan lebih sadar terhadap produk-produk mereka karena dipakai oleh para pemain pujaannya.
Para pemain pun tak kalah senang. Sebab, mereka bisa mendapat mobil impian tanpa harus merogoh kocek sendiri. Misalnya, Kaka yang kini bisa wira-wiri mengendarai Audi R8 berharga USD 109 ribu (Rp 1,2 miliar). Hal serupa dilakoni bintang Newcastle United Michael Owen. Dia mendapat mobil gratis dari Mercedes-Benz, setidaknya hingga kontrak sponsorship-nya berakhir kelak
Profesor Alan Bairner dari Loughborough University's School of Sport and Exercise Sciences punya satu pendapat khusus mengenai hubungan antara pebola dengan mobil. Sebagaimana dikutip dari Forbes.com, dia menyatakan kesuksesan para pemain bola tersebut akan berperan dalam mengubah ''hati'' para pengusaha industri otomotif. Salah satunya adalah melakukan penyesuaian dengan para pengemudi yang cenderung tradisional, tapi tetap berkelas tinggi seperti para pemain sepak bola.
''Sejumlah perusahaan otomotif pada masa lalu tidak ingin bekerja sama dengan para pesepak bola yang dianggap sebagai bagian dari klien yang berlawanan dengan tujuan mereka. Tapi, kini mereka harus mengubah pendapat itu,'' ucap Bairner.